A Cafe Moment

Beberapa hari terakhir ini, Jogja diguyur hujan. Dalam keadaan cuaca yang seperti ini, ibu memintaku untuk mengantarnya ke sebuah acara di Wirosaban.

Waktu itu aku sedang merasa stress, laporan magangku terus-menerus kena revisi dosen. Revisi yang dosen mintapun adalah hal-hal sepele seperti salah titik, lupa koma, di(spasi)tempat, dan kurang penjelasan pada bab-bab tertentu. Yang membuatku lebih down lagi adalah, untuk laporan setebal 80 halaman, revisi di halaman 30-an akan mengharuskanku mencetak ulang sisa 50 halaman dibelakangnya. It’s frustarating and very costly..

Maka, tanpa pikir panjang aku merasa bahwa aku butuh ketenangan dan jauh dari komputer. Iseng aku juga sengaja membawa kamera dan berharap siapa tahu bisa memotret hujan atau mendatangi tempat yang unik. Setelah mengantar ibu ke rumah temannya, aku memutuskan untuk melihat-lihat daerah Prawirotaman, Yogyakarta.

Prawirotaman kadang dikenal juga sebagai kampung bule karena di sini memang banyak sekali warga asing yang tinggal dan berlibur. Terdapat banyak guest house, pondok, toko-toko handicraft dan kafe yang unik dan cantik. Daerah ini juga dekat dengan rumah teman ibu, jadi iseng-iseng saja coba meluncur ke sana.

Hujan mengguyur dan AC mobil terasa dingin, akupun memutuskan untuk mencoba mendatangi salah satu kafe yang terdapat di tempat itu.

 

As Cafe, lovely lighting and natural wood interior
As Cafe, lovely lighting and natural wood interior

As Cafe menjadi pilihanku. Kafe ini merangkap sebagai toko suvenir, namun sayangnya aku tidak sempat memotret bagian dalam tokonya karena sudah keburu nyaman duduk.

Kafe ini terhitung kecil, namun hal ini membuatnya menjadi sangat homey dan nyaman untuk ditongkrongi. Interiornya yang serba kayu dan coklat muda membuatnya menjadi ramah di mata dan cantik di foto.

Selang beberapa saat aku duduk di salah satu kursinya, tiba-tiba ada yang mendekat.

how can you say no to that cute face!
how can you say no to that cute face!

Berhubung aku sangat menyukai kucing, ia kuusap-usap dan kufoto terus-menerus. Susah mengikuti geraknya yang lincah dan tidak mau diam, but with great effort comes great result.

Seorang pelayan mendatangi dan aku memesan black tea, which turns out to be teh sariwangi yang dibuat kental hitam. Tapi lumayan lah, mereka dapat A+ for effort..

Tidak banyak pilihan menu yang kafe ini tawarkan. Assortment of tea, jus buah dan es krim adalah minuman yang bisa dipesan. Sepenglihatanku tidak ada makanan yang bisa dicicip jadi ya sudahlah.

Sambil minum teh, menggaruk-garuk kepala si kucing yang dengan santainya tidur disampingku, aku melanjutkan proyek kecil yang sedang kukerjakan.

Ongoing project, woodland creatures calender sketch featuring April Bear
Ongoing project, woodland creatures calender sketch featuring April Bear dan hape low battery

Rencananya, gambar-gambar ini akan di scan, kemudian repro untuk dicetak ulang sebagai kartu pos. So-far sudah sampai bulan Juni dan aku kehabisan ide binatang hutan apa lagi yang bisa kugambar..

Sangat menyenangkan dan menenangkan. Sekaligus teraupetik karena beberapa minggu ini aku merasa cukup stress mengerjakan laporan yang terus-menerus diminta revisi dari dosen.

It’s nice when we took moment for a Me-time. When we just chill and do things that aren’t technology related.

Kadang aku merasa terbebani bila dekat dengan komputer, tablet dan hape. Ada banyak artikel yang harus diperiksa (berhubung aku masih aktif sebagai pemred di majalah kampus), laporan yang belum kelar, ebook yang ingin kubaca, email yang belum kubalas dan notification chat Line yang terus-menerus berdering.

Saat-saat dimana aku bisa duduk santai di kafe, menggambar sambil minum teh hangat dengan keadaan hape yang sedang low battery… it’s a very nice moment.

Kadang di tengah hiruk-pikuk hidup, kita merasa seperti roda yang terus-menerus berputar tanpa henti. Semakin lama berputar, semakin tergerus dan lelah.

Terkadang kita membutuhkan alasan khusus seperti mengantar ibu ke rumah temannya, hujan deras dan kafe cantik untuk beristirahat.

Tapi kurasa detail-detail seperti inilah yang membuat momen aku duduk di As Cafe ini menjadi sangat menyenangkan.

Entah kenapa berada di kafe selalu membuatku rada melancholis dan serba reflective. Seakan di kafe hidup terhenti sebentar dan aku bisa duduk bersandar dan memikirkan apa saja yang sudah kulalui.

Kadang kita lupa bersyukur sudah berhasil melewati hari-hari yang biasa. Mengalami tekanan batin karena laporan ini membuatku merasa ada banyak sekali momen-momen yang terlupakan dan tidak diapresiasi.

Seize the day, have lot’s of fun, chill out in cool cafe, pick up old project and play with stray cats. You earn your life and you gotta make the best of it.

 

15 thoughts on “A Cafe Moment

  1. Wah. Me time di kafe? Asik banget. Kayak saya. Kalau me time di kafe. Cukup buku biasanya. Tapi belakangan perlu bawa laptop juga karena kerjaan.

  2. lari ke cafe dan nikmatin waktu yang berjalan pelan tuh = priceless banget ya Tane…
    tenang baru laporan KP…belum TA Tane, bakal lebih berdarah lagi soalnya. Keep going and fighting ya sepupu :-*

    semoga kita ada kesempatan kabur ke cafe atau resto lagi yaaaaa

  3. Aku jg suka kalau tiba2 bisa ke kafe yg tempatnya enak dan homey kayak gt. Rasanya bener2 bisa nikmati me time walaupun cuma sebentar. Apalagi kalau lagi hujan, makin suka 🙂

  4. Kayaknya pernah ada juga blogger dan fotografer yang ngereview As Kafe ini, Waktu gw komen malah diundang dateng ke sana. *maap OOT*
    Melepaskan diri sebentar dari rutinitas bisa efektif banget memang untuk menyegarkan pikiran. Kafena terlihat nyaman. Suka banget ama sketchnya.

      1. It’s a matter of one feeling. My feeling just said so. But if you insist in reshaping the feeling into something that an eye can catch then: your word picking and line arrangement is a little bit too formal. Too strict to the rule of SPOK thingy and the most of all you often used ‘saya’ instead of ‘aku’. I am understand that probably it’s caused by your paper work.
        I will go with the line “Selang beberapa saat aku duduk di salah satu kursinya, tiba-tiba ada yang mendekat.” to spot the little bit a lost touching of your usual in your post

Reply This Way Beib

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s