In Another Musical Sense
where we close our eyes and silently wept.
—
Sepasang Kekasih yang Bercinta di Luar Angkasa
Direntang waktu yang berjejal dan memburai, kau berikan sepasang tanganmu terbuka dan membiru dendam
Dibibir yang curam dan dunia tertinggal gelap membeku, sungguh petang nelangsa dan udara yg terbakar jauh.
Kita adalah sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa, seperti tak kan pernah pulang, kau membias di udara dan terhempaskan cahaya, seperti tak kan pernah pulang tuk langkahmu menarilah jauh mengudara.
Jejak langkah menghilang tertulis dan menghilang karna kita telah bercinta di luar angkasa
————————-
Dimana anak anak SMA9 menggila dibuai oleh alunan melancholy dari Frau. Pensi ‘Roomantique’ yang berkonsep “a night full of romance” menjadi suatu event yang membuat hati tergetar dan memanjakan telinga dengan harmoninya.
Lagu lagu Frau memiliki kualitas yang membuat kita ketagihan. Meminta, memohon, dan bertepuk tangan untuk “Lagi! Lagi dan Lagi!”
Liriknya membuat kita berfilosofi. Merenenungkan arti di balik arti yang tersembunyi di antara barisan barisan kata yang tersusun dengan rapi dan manis. Menunggu untuk terkuak sesuai dengan apresiasi kita terhadap alunan kata kata yang bermelodi.
Mempertanyakan identitas diri dan ego seorang wanita yang terombang ambing di “I’m a Sir”. Terasa frustasi wanita yang ingin mendobrak pintu dimana hanya kaum Adam yang mampu menapaki sisi lainnya. Di mana wanita terkukung oleh batasan dimana kita tidak mampu menghadapi sang Ratu.
Kejar kejaran antara Ratty the Rat dan Scatty the Cat di “Cat and Rat” mengingatkan kita akan dark humour yang membuat kita terengah engah di tengah lagu sebelum tersenyum penuh arti. Eulogi untuk sang Tikus dan nyanyian penuh Kekuatan untuk sang Kucing. Siapa oh siapa?
Pejamkan mata, dan akan terasa sensasi menitik awan yang lembut dan hangat. Sebelum tertegun di hadapan ‘Mesin Penenun Hujan’ yang menyinggungkan sebuah senyum simpul di bibir. Dan ketika hujan turun, terasa berat dan dinginnya meresapi tulang tulang kita.
Apakah ini “Salahku, Sahabatku”? Menjaga perasaan seorang sahabat, dimana kita mampu merasakan apa lah yang ia rasakan. Hati terasa dekat, walau jauh dan kadang tak tentu. Kita mengerti tiap arti dari lirikannya. Dari senyumnya dan pandangannya yang seakan ingin tertawa lebar. Senyum, sakit, bahwa sahabat adalah sahabat.
Sepasang Kekasih Yang Bercinta d Luar Angkasa. Bahkan hingga saat ini ku tak mengerti. Tak terbayang rasa ketika hati terikat begitu kuat hingga hal terakhir yang kita sadari adalah perasaan sakit yang tak terkira dan tak terperih. Dimana hanya luar angkasa yang luas dan tak berudaralah kita dapat melarikan diri dari realita yang mengguncang hati dan menyadarkan diri. Seperti tak kan pernah pulang!
You’re late. I’ve known Frau since 11 grade 😛 Mesin penenun hujan bagus banget… puitis 🙂