Beberapa hari yang lalu saya menerima sebuah email dari teman saya. Isinya cukup mencengangkan.
Hope you get this on time, Matter of urgency, Few days back my family and I came down to Harkiv, Ukraine for a vacation and got attack at the park of the hotel where we stayed, All our valuables including cash and cell phones were destroyed during the attacked but luckily for us we still have our passports with us. I’ve reported to the police and after writing down some statements that’s the last I had from them.I contacted the consulate and all I keep hearing is they will get back to me. I had put too much faith in their ability to resolved the issued. Somehow the chances that they will get the it resolved on time had never seemed real.
I’m really having some difficulties clearing our hotel bills and the hotel manager won’t let us leave regardless the situation of my family i explained to him, to him it was just nothing to him. I also canceled all our cards, as it appeared i had acted quickly enough or they almost would have succeeded in cleaning out my bank account. There is no one i could turn to. You’re going to have to help me out in this situation i found myself. ” I need a quick loan from you.”
Please let me know if you can help me out so that i can send you details on how to transfer the money. I will be waiting for you response.
Many Thanks
.RRGKM
Apparently, my friend just got mugged, beaten, without money and in UKRAINE FOR VACATION at this time of month. Like seriously..?
Panik..?
Engga juga sih, karena setelah membaca email ini, saya langsung login ke Facebook dan berkunjung ke halaman teman saya ini. Ternyata entah bagaimana ceritanya, email dia mendapatkan sebuah virus/spam/hack yang membuatnya mengirim pesan ini ke semua kontaknya.
*antara pengen ketawa atau mendesah “ya ampun nduk…”*
Jadi bagi siapapun yang menerima email semacam ini, chill down. It’s apparently a spam.
Seems so cruel,
think I could shake you off , yea I think I’m tough I can take it
I’m tellin’ the truth,
you put a good hurt on me
Now I’m a Fool – by Eagles of Death Metal
.
Alrite, beberapa hari lalu setelah mendatangi Art Jog 2013 untuk kesekian kalinya, ada sebuah ide (inception??) yang terus mengganjal dalam pikiranku.
Salah satu karya yang ditampilkan adalah instalasi video oleh seorang seniman Austria, Stefan Sagmeister. Sagmesiter membuat video konseptual yang berkisar mengenai beberapa pepatah yang ia pegang erat, salah satunya adalah:
‘If I don’t ask, I won’t get.’
Karya video di pameran ArtJog tidak boleh direkam, so… Can’t show you guys just how amazing it was.
.
If I don’t ask, I won’t get.
Beberapa hari yang lalu, me and a friend of mine membicarakan mengenai stand-up-and-speak! vs confrontationist.
Berawal dari obrolan di malam hari ketika aku sedang mengemudikan mobil, di lampu merah, tepat beberapa detik sebelum lampu hijau, motor-motor dibelakang kami sudah ribut mengklakson.
Temanku menggerutu, dan aku mengatakan, lighten up dude ,anggap saja orang-orang itu sedang memberikan kita a friendly reminder biar kita tidak lupa ganti gigi biar mobilnya bisa maju.
Temanku mendelikan matanya ke arahku, kemudian ia bertanya, “kok nyerah-han gitu sih Tan?”
Maka kami mengobrol (baca: berdebat) mengenai mengapa orang Indonesia terkesan nrimo. Maksudnya, bila ada masalah maka akan ditanggapi dengan diam dalam sabar. Terutama yang terkesan seperti itu adalah orang Jawa. Ada pepatah, Nrimo ing Pandum yang memiliki arti menerima segala pemberian apa adanya tanpa menuntut. Terdapat sebuah post yang sangat informatif sekali mengenainya, (here).
Di satu sisi saya berargumentasi bahwa bisa saja mereka adalah orang-orang yang positivistik, jadi semuanya dianggap sebagai kodrat Tuhan dan mau bagaimana lagi?
My friend retaliated, kalau begitu mereka sama saja dengan orang-orang yang rendah motivasi dan tidak bisa mempertahankan dan mempertanggjung jawabkan pendapat mereka. Kenapa mereka tidak bisa bersuara mengenai keberatan mereka??
I told her, ada speak-up dan ada yang namanya confrontationist. Speak-up bila kita menyuarakan pendapat kita dan berpegang teguh padanya, dan ada konfrontir yang HEY LISTEN UP, I’m talking to YOU!!!Bakal bego banget kalau saya menghentikan mobil di tengah jalan, keluar dan meminta orang dibelakang mobil saya untuk berhenti dengan klaksonnya.
Teman saya kemudian membalas, terus kalau begitu bagaimana dong cara kita ngasih tau orang-orang bahwa they’re being a jerk by honking at us all night long? Bagaimana cara kita di situasi seperti ini bisa maju, speak up dan kasih tau orang-orang kalau apa yang mereka lakukan itu salah (dan sangat menyebalkan dan mengganggu).
Dan saya terdiam, karena saya juga tidak tahu bagaimana caranya.
.
If I don’t ask, I wont get. Itu premis utama dari human interaction. Kita berbagi informasi, bertanya, memberi dan mendapatkan pengetahuan mengenai orang lain (dan diri kita), dan kita menjadi tahu dengan keinginan, preferensi dan apa yang orang lain harapkan dari kita.
Namun bagaimana cara kita berinteraksi dalam diam? Dalam sebuah kubikel kecil bernama mobil dan hendak memberi tahu orang dibelakang, to please stop honking on my car because I’m waiting for the green light like every logical citizen should do? Icluding YOU, hey mister!!
It’s maddening, and ironic knowing that I’m currently majoring in Communication yet still failed to communicate my desire.
.
If I don’t ask, I won’t get.
Bila kita tidak berbicara, kita sama saja seperti makhluk tak bersuara yang tidak bisa mengekspresikan keinginannya. Sama dengan kenapa anak-anak yang pendiam kadang merasa bahwa tidak ada orang yang memahami dirinya, because dude, you’re not talking to anybody, how are we supposed to understand you?
Membingungkan. Enaknya gimana juga bingung.
Akhir kata, dalam kebingunan kami, teman saya memutuskan untuk menggunakan this awkward moment when nobody talks because we’re just so confused about human nature, dan meng-hook ipod dia ke stereo system mobil, lagu ini muncul dan kita menghabiskan sisa perjalanan sambil bernyanyi pelan…
Setiap tahun di Taman Budaya Yogyakarta pada bulan Juli diadakan sebuah even seni raksasa bernama Art Fair Jogja. Dari tahun ke tahun, event ini selalu dinantikan baik oleh khalayak seniman maupun umum, karena selain karya-karya yang disajikan sangat unik dan menyegarkan mata, event ini sepenuhnya gratis. ArtJog 2013 menyajikan tema Budaya Maritim, memang tiap tahunnya tema yang diangkat selalu berbeda dan unik.
ArtJog 2013 ini menjadi event ArtJog ke-2 ku yang akan kudatangi bersama seorang sahabat sejak zaman SMA, Huda. Kami berjanji bahwa setiap tahunnya, ArtJog akan menjadi sebuah ritual tahunan yang akan kami datangi. Lumayanlah karena kami sama-sama tipe orang yang rada nyleneh dan senang berkomentar ngaco, selain itu Huda dan saya sama-sama menyukai fotografi, maka event ini selalu menjadi sasaran hunting ground kami.
Selain itu, seorang sahabat saya yang lain, sekaligus merupakan panitia Art Jog 2013 mengatakan bahwa:
“kitanya ngga usah nyeni-nyeni banget kok, datang aja. Banyak yang menarik dan bagus, dan lumayanlah sekalian nambah-nambah prof pic di FB ;D”
Maka berbekal kamera, baju tribal (agar bila difoto kelihatan jelas diantara karya-karya) dan senyum-sapa-semangat, saya dan Huda mendatangi Art Jog 2013 dengan penuh semangat.
Hull of a hip and a carousel, this year’s entrance is magnanimous!!
WHOA!! Cover itu penting, begitupula dengan entrance dari ArtJog 2013 kali ini. Setiap tahunnya seniman ArtJog memang selalu menciptakan instalasi entrance yang luar biasa, tahun ini tidak kalah dengan sebelum-sebelumnya. Malah menurut saya, tahun ini sangat luar biasa dan RAKSASA.
Sebuah sisi kapal yang terbuat dari tong minyak yang disolder, sebuah carousel dari Papermoon Puppet Theater dan pahatan ekor ikan paus berwarna perak (tidak ada di foto).
Sisi kapal yang terbuat dari tong minyak ini membuat semua orang ternganga dan terkagum-kagum, saya takut menyentuhnya karena terlihat jelas terdapat banyak karat yang bisa saja membuat kita sakit tipes. Maka cukup mengaguminya dari jauh sambil menebak-nebak logo-logo perusahaan minyak yang terpampang pada tong-tong.
Ada juga carousel berjudul Finding Lunangyang dibuat oleh Papermoon Puppet Theater, sebuah Puppet Theater company dari Yogya yang sudah menghasilkan berbagai karya yang sudah dipentaskan di luar negeri. Saya sendiri belum pernah menonton langsung teaternya, namun melihat situs resminya, video teater mereka yang diupload di Youtube dan berdasarkan artikel yang dulu pernah saya edit untuk Teras Pers, tampaknya Papermoon Puppet Theater is the real deal.
The detail is amaaaazing!!
Menurut sebuah plakat yang diletakkan dekat dengan carousel ini, Finding Lunang dikisahkan sebagai sebuah perjalanan bahari mencari tempat dimana para manusia-manusia laut ini dapat meng……. akupun sebenarnya kurang mengerti. Namun bila bisa kuinterpretasi secara pribadi, instalasi ini mengingatkanku pada film Waterworld yang diperankan oleh Kevin Costner.
I don’t really understand, but it’s interesting!!
Memasuki gedung ArtJog 2013 kita akan melihat berbagai instalasi seni yang menarik, unik dan agak membingungkan. Karya yang berbentuk seperti tulang belakang ikan/sirip/accordion(?) ini sebelumnya pernah kulihat di Selasar Galeri Soemardja di ITB pada awal bulan Juli 2013 ini. Saat itu saya sedang liburan di Bandung dan seorang sahabat yang seorang mahasiswi ITB. Kami berjalan-jalan sepanjang lorong-lorong gedung-gedung tua di universitas lama tersebut, salah satunya adalah ke Selasar Sunaryo di bagian SR dimana saya melihat karya ini.
Kembali ke TBY Jogja, ada juga sebuah set print on canvas dengan logo BP, tangker minyak dan a giant blop of black ink. Whoops, ini jelas merupakan sebuah sentilan pada BP akan kejadian di teluk Meksiko yang kemarin.
The photographs are amazing, and I feel like making one of these mix media art
Terdapat sebuah pojok yang dikhususkan untuk fotografi, foto di kiri diambil dari sebuah kapal yang sedang mengarungi laut di tengah badai. Sang fototografer mengambil gambar ini dari ujung paling atas mast kapal tersebut. Bila diperhatikan, terdapat beberapa percikan air di foto, dan terlihat juga di geladak kapal beberapa nelayan yang sibuk dengan tugas mereka masing-masing.
Foto-foto ini merupakan foto-foto yang mendapatkan penghargaan 3 Point Award yang dianugerakan pada para fotografer yang konsisten dengan fotografi mereka dan memberikan kita sebuah image-image luar biasa. Melihat beberapa foto-foto ini membuatku ingin sekali mengambil satu, lari dan memajangnya di kamarku sendiri!
A Tane in her natural habitat, in front of an amazing painting
ArtJog 2013 tampaknya lebih banyak menampilkan karya non-lukisan (kriya, pahatan, instalasi?? Entah istilah seninya apa..), namun tidak berarti tidak ada lukisan sama sekali. Malah lukisan favorit saya adalah lukisan sebuah perahu putih di padang pasir, bisa dilihat bahwa shading nya sangat luar biasa sehingga lukisan terkesan seperti 3 dimensi! Instalasi di gambar kiri adalah sebuah kapal raksasa berkarat dimana diatasnya terdapat rumah-rumah, Huda menamakannya ‘Kapal dari film Avengers versi Jadul’ -___-
Unique stuff keeps popping in
Terdapat sebuah instalasi yang sempat membuat ku dan Huda agak sedih, foto di pojok kiri adalah sebuah laci raksasa dengan gambar peta Asia-Eropa, di dalam laci-laci tersebut terdapat berbagai replika garam, batu apung, cengkeh, beras daun teh dan lain-lainnya. Kami merasa bahwa ini merupakan sebuah gambaran mengenai ’emas’ pada zaman kolonial dulu, yaitu rempah-rempah. Dan bagaimana negara-negara jajahan ini hanyalah sebuah laci-laci yang tinggal dibuka dan diobrak-abrik oleh kaum penjajah..
But oh well, smile to the camera..
Hello and Goodbye’s! I can see why Sindy was chosen as one of the volunteer now, she has a lovely smile 😀
Di akhir tur kami melihat Sindy!! Ia salah seorang sahabatku di kuliah yang menjadi panitia Art Jog 2013, melihat foto ini aku menjadi mngerti kenapa ia lolos seleksi kepanitiaan, senyum Sindy sangat menyenangkan dan membuat orang merasa ingin tersenyum juga 🙂 Sindy bercerita bahwa hari pertama pembukaan Art Jog dikhususukan bagi tamu-tamu VIP yang tertarik untuk membeli karya-karya di ArtJog 2013 ini. Ia juga bercerita bahwa sudah cukup banyak karya yang dibeli, baik dengan harga puluhan juta hingga beberapa milyar! Ada sebuah karya yang tidak sempat kufoto, namun karya tersebut diberi harga Rp 2,5 M namun hingga saat ini belum laku. Sedangkan karya di kanan atas ini sudah laku seharga Rp 85 juta. Di tangan Sindy adalah buku katalog karya yang lengkap dengan harga-harga tiap karya. Sindy hanya menunjukkannya sekilas padaku dan angka-angka di buku itu cukup mengagumkan..
.
Tur berakhir, namun aku masih ingin mengunjunginya lagi. Masih banyak waktu hingga malam penutupan, dan terdapat beberapa karya yang rasanya aku masih belum puas memandanginya.
A derpina and derp in their natural behavior: derping
Bila di Jogja pada bulan Juli, datanglah ke ArtJog! Bingung sih bingung, tapi menyenangkan juga melihat berbagai instalasi karya anak bangsa kita terpajang dengan gagahnya 🙂
.
Edited on July 22nd.
Kudo’s to Sabrina who pointed out my mistake on Selasar Galeri Soemardja.
The level of twitards are rising in exponential sequence #nerdtalk
Apparently there are some types of people who’s hands down charming in the real world yet a total b!tch in the Twitter realm. I especially hate thosewho cuss with pirate mouth and gives the one finger salute in every.single.twit.
There were moments when I felt like punching the unfollow button, but I can’t deny the twit that person made (albeit dirty as hell back and forth) are a bit amusing. This way it almost feel as if there’s somebody out there waaaay worst than I am.
.
.
.
Start synchronization sequence
.
.
.
Link created
.
.
Game start
.
.
.
Objective:
Level 1. Search hidden stairs leading to rooftop.
Level 2. Take pictures, gogo dance and do silly things up there.
Level 3. ‘Marked’ it as your territory.
Level 3.5. (Bonus stage) -locked- required special item, cost 55k and must be used there
Level 4. Do homework there
Level 5 Got caught by security guard.
Level 6. Kicked down from rooftop.
.
.
Upcoming level 7, shall we go back there? :3
.
.
.
Game paused. Log out.
.
Lol, silly stuffs I’ve been dying to do ever since the inception of, “main characters always get to be at the rooftop”
.
The thing that sucked the most in a heated discussion is when our counterpart suddenly confessed that he’s not exactly familiar with the subject we’re debating on. It’s like walking in a thin layered ice and suddenly oops..! The ice collapsed and you’re left gasping and drowning and ever so angry, stupid and so cold.
Facts fuelled and legitimised an argument, while passion made the discussion ongoing and lively. It’s not a healthy discussion if our counterpart feels and talk as if he owns and knows the subject by the back of his hand, when he obviously doesn’t.
That’s why a group that consist of a somebody who knows the theory by heart lining up with somebody who failed two prior classes required in this subject, simply doesn’t work.
Genius have their limits, while idiot knows none. They can fly, swim, drunk as much as they want while their more intellectual partner gasp, drown and went gaga by herself.
To ditch or not to ditch this sordid excuse of a partner? That is the question….
“Okay, jadi aku yang cari buku-bukunya, fotokopi bahannya, ngeringkes materi sendiri n cari kaitannya sama teori lain? And what r YOU doing?”
And that’s how I spent the night with a certain someone, driving his car to my place after we drop a friend to her house. There’s this lovely feeling of –gosh, he trusted me enough to drive his car??– which was wonderful and nice and all.. But it also reminded me with probably one of the cheesiest superhero phrase ever, “with great power comes great responsibility”.
Despite the bubbly feeling of driving his car, there’s also this foreboding gnaw in my mind that I can’t screwed up in this drive. Screwing up could mean a huge repair with my pocket in line, a giant invisible elephant between me and him -courtesy to guilt and everything- and a dramatic screech on somebody else’s car. Yes the priorities are rather messed up, but you do understand, doncha?
That’s really a bit too much for a simple drive back home, nee??
Point is, we really really need to be extra careful with handling stuffs. Especially other people’s stuffs. You may be a pro at driving blindfolded with your trusted car, but that’s the problem. It’s your car, not someone else’s car that you really have no jurisdiction to drive. It’s really a scary feeling.