Ngetik post yang satu ini sambil antri BBM.
Belum 3 hari yang lalu saya mengisi motor untuk membeli bensin premium Rp. 5.000,00. Dan sekarang saya sedang ndembik di mobil, mengetik post ini sesudah mengantri untuk Pertamax seharga Rp.11.500,00.
Ekstrem luar biasa, premium habis dari dua hari yang lalu dan belum ada informasi jelas kapan Pertamina akan memasok lagi. Saya sempat mengobrol sedikit dengan karyawan SPBU, ia mengatakan bahwa biasanya truk Pertamina menyetok ulang bensin setiap hari. Namun beberapa hari terakhir ini, mereka belum kunjung datang dan belum ada kepastian kapan mereka akan tiba. Rasanya minggu-minggu ini senantiasa harus kita ingat sebagai That Great Petrol Scarcity of 2014 (in which SBY screwed up big time).
Mengerikan, rasanya kejadian kali ini tidak separah ketika presiden mengeluarkan dekrit menaikkan harga BBM. Memang untuk waktu ini tidak ada demo atau aksi anarkis lainnya. Namun saat memperhatikan sekeliling SPBU, dan melihat wajah wajah yang sama-sama lelah mengantri.. Sedih lah rasanya.
Apa yang terjadi dan menyebabkan kita jatuh seperti ini? Beberapa hari yang lalu saya menonton editorial Metro Tv di pagi hari, salah satu tamu pembicara mengatakan bahwa kita bisa menyalahkan kelangkaan ini pada perundangangan APBN yang kacau dan terlalu bebas memberikan subsidi premium. Bahwa 20% dana APBN habis untuk meringankan beban bayar bensin premium ini. Ia kemudian mempertanyakan kenapa pemerintah Indonesia bisa membiarkan subsidi ini terus dilancarkan, padahal jelas bahwa subsidi satu ini bagai bocor besar di dana APBN.
Semakin banyak orang yang membeli premium bersubsidi, maka semakin rugi negara kita. Pemerintah jual rugi dan mau bagaimana lagi? Memang beginilah daya beli masyarakat kita. Ditambah dengan transportasi umum yang kacau balau, ya semakin malas lah kita untuk menggunakan bis yang bobrok dan halte yang berjauhan.
Belum lagi pernyataan dari menteri ESDM yang menyatakan bahwa pasokan BBM Bersubsidi Indonesia akan habis di awal Desember. Tambah paniklah masyarakat kita. Belum lagi pernyataan dari Pertamina bahwa BBM tidak langka, hanya mengalami pembatasan ketat saja. Masyarakat dari panik sekarang malah jadi bingung. Maka mengutip Novela Nawipa di sidang MK lalu, “Bapak kacau, saya lebih kacau Pak.”
Maka ketika pemerintah memutuskan untuk membatasi distribusi premium, ya beginilah hasilnya. Antri panjang di semua SPBU hingga tumpah keluar jalanan. Kacaulah..
.
Satu hal yang bisa kita lihat perbedaan mencolok dibanding tahun lalu, kelangkaan BBM ini tidak diikuti aksi demonstrasi. Apakah hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah semakin dewasa atau mereka malah menyerah? Saya lebih memilih pernyataan pertama, bahwa masyarakat sekarang sadar bahwa krisis ini akan bisa teratasi dengan damai, salah satunya adalah dengan menaikkan harga BBM. Masyarakat sebenarnya mampu untuk kenaikan harga ini, buktinya bensin Premium yang mahal itu ikut habis terjual kok. Baik untuk pembeli mobil maupun motor.
Memang kenaikkan harga ini akan berimbas besar pada dompet dan kenyamanan status quo kita. Tapi bila kita sebagai rakyat bisa melihat, memahami dan ikut serta dalam keputusan pemerintah, maka naikkanlah harga BBM. Namun boleh sekali bila pemerintah ikut memperbaiki kinerja dan fungsi transportasi umum.
Harusnya rakyat juga nggak panikan, ketika ada isu kelangkaan yang diikuti kenaikan harga BBM, jangan kemudian menyerbu SPBU padahal gak butuh2 amat isi bensin karena tdk mau ketinggalan…Padahal mungkin kalau mereka gak kagetan, antrian panjang SPBU jg gak perlu. Apalagi yang suka nimbun BBM, bikin tambah kisruh. Padahal BBM kembali didistribusikan Sabtu dan gak ada kenaikan juga (Isi KR hari ini)
Agreed.
Sosialisasi pemerintahan minus banget, massa pun jadi takut ketinggalan dan jadinya antri berjubel begini.
Iya sih, lebih sedih lagi orang yang sengaja nimbun BBM, apa lagi yang terus ngejual dengan harga mahal. Tapi kenapa tidak ada kenaikan harga? SBY masih berusaha terlihat ‘merakyat’ kah?
Pin lagi di jogja atau udah ke jakarta?
Mm dia udah mau lengser kan, dan naikin bbm juga gak cepet prosesnya. Harusnya Jokowi yang naikin tp kayaknya it’s going to have srs damage on his image, makanya dia kayaknya bakal gak mau ngelakuin itu. Masih di jogja sih tan, aku balik Jakarta senin pagi hehe.